Pondok Asysyafiiyah Pati – Makam Sunan Makdum Pati mengingatkan kita kepada generasi pendahulu kita yang gigih dalam menyebarkan agama Islam di tanah Nusantara karena waktu itu Nusantara hampir secara keseluruhan masih memeluk agama Hindu-Budha di bawah kekuasaan Majapahit dan Pajajaran. Di tengah kota Pati, terdapat makam ulama penyebar agama Islam yang berasal dari Timur Tengah, yakni Sunan Makhdum.
Sunan Makdum bernama lengkap Sayyid Abdurrahman Al Makhdum merupakan salah seorang ulama asal Timur Tengah yang diberikan mandat oleh Khalifah Kerajaan Istanbul Turki, yakni Sultan Muhammad 1. Sultan Muhammad 1 menjadi salah satu raja paling kaya di antara raja-raja Islam lainnya yang punya andil besar dalam penyebaran ajaran Islam di Nusantara, salah satunya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Sunan Makdum berdakwah sembari berdagang di Semenanjung Malaya dan di sekitar pulau Sumatera, Madura, dan Jawa. Kepada Sultan Muhammad 1, Sunan Makdum melaporkan bahwa sebagian penduduk telah memeluk agama Islam, tetapi pulau Jawa belum banyak sebab masih di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit untuk Jawa di bagian timur dan tengah dan Kerajaan Pajajaran untuk wilayah Jawa sebagian barat.
Sunan Makdum adalah seorang ulama yang gigih dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara. Karenanya, Sunan Makdum memiliki banyak pengikut dan murid. Setelah tugasnya menyebarkan agama Islam di wilayah Pasai dirasa cukup, Sunan Makdum atau Sayyid Abdurrahman pergi ke Pati sampai akhir hayat dan jasadnya dimakamkan di Desa Parenggan, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati yang saat ini berada di sekitar Jalan Dr Susanto Pati.
Peziarah biasa datang di makam Sunan Makdum kapan saja mereka berziarah. Namun, saat haul Sunan Makhdum tiba pada tanggal 10 Suro atau 10 Muharram, banyak peziarah yang berdatangan dan warga Parenggan sendiri merayakan dengan ragam kegiatan yang berbau islami.
Sunan Makdum yang dimaksud bukanlah Syeh Maulana Makdum Ibrahim yang dikenal dengan Sunan Bonang. Ada yang mengatakan, sejarah Sunan Makdum Sayyid Abdurrahman pernah terlibat perseteruan dengan salah seorang warga Pati yang sangat sakti mandraguna bernama Ondo Rante.
Namun, sejarah Sunan Makdum terkait dengan pertarungan dengan tokoh Ondo Rande hanya cerita tutur masyarakat yang dilakonkan dalam seni Ketoprak di Pati dan tidak ada bukti sejarahnya. Dikisahkan, Syeh Makdum Alatas diutus Raja Mataram Sultan Agung untuk mengatasi ontran-ontran Ondo Rante yang sakti mandraguna tapi sering mengganggu warga Islam yang tengah beribadah.
Nasehat-nasehat Syeh Makhdum pun tidak membuat Ondo Rante bergeming lalu masuk Islam, justru terlibat pertarungan sengit di mana keduanya sama-sama kuat dan tidak ada yang kalah. Lalu, Syeh Makdum berhenti dari pertarungan dan menjalankan shalat tirakat untuk memohon petunjuk dari Allah. Dari sholat tirakat tersebut, ternyata Syeh Makdum meninggal dunia tanpa sebab.
Sejarah Sunan Makdum yang makamnya terletak di Desa Parenggan ini tidak banyak yang mengulasnya di berbagai situs. Karena itu, perlu pengkajian lebih dalam apakah Sunan Makdum yang dimaksud adalah Syeh Makdum yang dalam kisah seni Ketoprak terlibat pertarungan dengan Ondo Rante atau bukan.
Yang jelas, kedatangan Sunan Makhdum jauh-jauh dari Negara Turki (Istanbul) untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara hingga akhirnya di Pati adalah ikhitar para wali terdahulu yang membawa kita dari zaman “kegelapan” menuju zaman “kebahagiaan”. Kedatangan Islam sendiri di tanah Jawa digambarkan Kanjeng Sunan Kalijaga dengan kalimat “tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar” dalam lagu Lir-Ilir.
Sekali lagi, wisata sejarah-religi di makam Sunan Makdum menjadi refleksi sejarah betapa upaya untuk mengislamisasikan masyarakat Nusantara tidak mudah, tetapi butuh ikhtiar yang besar. Di Pati, penyebaran agama Islam dilakukan beberapa wali, seperti Sunan Makdum, Syeh Jangkung atau Saridin, dan sebagainya.
Tinggalkan komentar